Sabtu, 15 Oktober 2011

PENGEMBANGAN ASPEK SKILL DAN ENTREPRENEURSHIP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH : PENGALAMAN LAPANGAN


LOKAKARYA   NASIONAL
                             
Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasis Skill dan Entrepreneurship untuk Peningkatan
 Kompetensi Lulusan


Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam Pembelajaran Sejarah di Sekolah : Pengalaman Lapangan
Oleh : Ginna Santosa, S.Pd


diselenggarakan oleh

Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
kerjasama dengan
Program Studi Magister Ilmu Sejarah
Program Pascasarjana UNDIP Semarang


Semarang, 3 Juni 2009



PENGEMBANGAN ASPEK SKILL DAN ENTREPRENEURSHIP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH : PENGALAMAN LAPANGAN[1]
Oleh : Ginna Santosa[2]

Pendahuluan
Berbicara tentang mata pelajaran sejarah, maka akan muncul kesan pembelajaran yang membosankan, kering, monoton, dan segala bentuk kesan yang kurang menyenangkan, ditambah lagi penampilan guru yang pada waktu mengajar dengan penampilan seadanya (baca: tidak profesional) tidak menggunakan media pembelajaran minimal peta atau photo dokumentasi. Pembelajaran sejarah sering diidentikkan dengan kefasihan bercerita. Hal tersebutlah yang membuat proses pembelajaran sejarah yang kurang menyenangkan terjadi.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma. Kurikulum yang tersentralisasi diubah menjadi terdesentralisasi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sering disingkat KTSP (Wasino, 2009:2). Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan peluang yang sangat besar kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya. Pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) hanya membuat standarnya saja, yakni hanya menentukan standar kelulusan yang kemudian dijabarkan ke dalam  standar isi yang memuat bahan kajian, mata pelajaran, serta kegiatan belajar pembiasaan.
  Selain hal tersebut, kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dalam KTSP masih sangat umum dan perlu penjabaran dari guru di masing-masing Satuan Pendidikan. Penjabaran ini tidak hanya sebatas penentuan indikator, tetapi juga berkenaan dengan materi, metode, media pembelajaran, urut-urutan penyampaian materi, juga sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dalam hal ini guru sangat memerlukan keterampilan untuk menyusun kurikulum. Jika guru tidak dapat membuat pembaharuan dalam penyusunan kurikulum sesuai mapelnya; maka sebagus dan semodern apapun kurikulumnya proses pembelajaran Sejarah akan kembali ke metode lama, yaitu lebih banyak menekankan pada ceramah. Bahkan ironisnya, ada guru/sekolah yang hanya meng “copy paste” kurikulum dari sekolah lain. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kemunduran, karena masing-masing sekolah memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. 
Dengan kata lain, dalam paradigma baru ini, guru sejarah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengembangkan kurikulum itu sendiri yaitu berupa penyusunan silabus. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan silabus ini adalah kemampuan masing-masing sekolah. Silabus satuan pendidikan dalam sekolah yang sederajat, idealnya tidak bisa disamaratakan. Tidak hanya sekedar  SK– KD-nya dipenuhi. Penentuan komponen-komponen silabus ini sangat tergantung dari kemampuan guru dalam menjabarkannya.
Dalam hal proses Kegiatan Belajar Mengajar tetap berlandaskan pada silabus yang telah dibuat (tentu saja RPP). Harapan terbesar dari KTSP adalah adanya pelaksanaan KBM yang berbeda/memiliki warna lain. Proses pembelajaran yang berbeda ini terletak pada keahlian guru meracik metode dalam menyajikan materi pelajaran. Guru tidak lagi subjek pembelajaran, melainkan siswalah yang menjadi subjek, Guru  berperan sebagai fasilitator, motivator dan salah satu alternatif sumber belajar.
Guru sejarah harus mampu memahami dalam menentukan tingkat kemampuan anak dalam pembelajaran materi sejarah. Pemberian materi sejarah diharapkan berjenjang dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Penekanan pembelajaran pada siswa SMA pada gagasan atau pemikiran (Wasino, 2009:2) Untuk lebih mengembangkan gagasan atau pemikiran tersebut, kemampuan guru dalam membaca referensi kesejarahan mutlak diperlukan.  Melalui bacaan referensi kesejarahan, kemampuan penguasaan materi para guru menjadi meningkat
Peningkatan penguasaan materi akan menambah kepercayaan guru ketika menghadapi siswa di depan kelas. Selain itu, juga memungkinkan banyak ilustrasi yang bisa dikembangkan, sehingga pembelajaran sejarah tidak “hambar” dan apabila ada dialog dengan siswa tentang persoalan materi-materi kesejarahan suasana kelas menjadi hidup (Wasino, 2009:3) ini artinya peran guru sebagai fasilitator dan nara sumber telah dilaksanakan secara optimal. Terlebih lagi apabila digunakan model-model pembelajaran sehingga siswa akan berkesan dan tertarik dengan pembelajaran sejarah.
Mengaplikasikan pembelajaran sejarah di sekolah sangat membutuhkan keterampilan dari guru sejarah itu sendiri. Pembelajaran yang monoton akan sangat membosankan peserta didik/siswa, dan inilah tantangan yang harus dihadapi oleh guru sejarah. Seorang guru sejarah harus mampu mengubah mainset anak, pembelajaran sejarah yang dalam benak anak adalah pembelajaran yang monoton, membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan, menarik untuk diikuti, dan bermakna.
Demikian juga dengan aspek skill dan entrepreneurship akan bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah, manakala pembelajaran itu sendiri dapat direspons secara positif oleh anak didik.
Dalam tulisan ini, yang ingin dikembangkan adalah bagaimana pengertian skill dan entrepreneurship ?  Bagaimana implementasi aspek skill dan entrepreneurship dalam pembelajaran sejarah di sekolah ?

Pengertian Aspek Skill dan Entrepreneurship
Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Pembelajaran kecakapan hidup dan entrepreneurship ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disisipkan dalam mata pelajaran tetapi dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. Yang dimaksudkan entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan dasar.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan specific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal life skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan social). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self awarness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan). Kecakapan  mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kecakapan vokasional/kejuruan terkait dengan bidang pekerjaan tertentu (Depdiknas, 2003:8)
Kecakapan hidup dan entrepreneurship ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Keduanya dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang, oleh karena itu aspek tersebut harus diasah dan dipraktikkan. Yang menjadi masalah bagaimana menerapkan  entrepreneurship ini ke dalam pembelajaran sejarah? Selama ini pembelajaran sejarah sepertinya jauh sekali dari jangkauan jiwa entrepreneurship. Umumnya pelajaran yang memiliki entrepreneurship ini berupa pelajaran yang laik jual. Misalnya: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Akuntansi. Inilah tantangan utama para guru sejarah. Sebelum hal tersebut dipaparkan berikut ini yang termasuk karakteristik jiwa kewirausahaan.
1.      mempunyai visi dan misi
2.      kreatif dan inovatif
3.      berani menanggung resiko
4.      berjiwa kompetisi
5.      mampu melihat peluang
6.      cepat tanggap dan gerak cepat
7.      berjiwa sosial dan menjadi dermawan.
Pada dasarnya aspek life skill dan entrepreneurship ini bukan sekedar pengetahuan teknik atau keterampilan, tetapi lebih berorientasi pada sikap mental melalui proses diri dengan praktik dan pengalaman karena dorongan motivasi dari diri sendiri. Oleh karena itu guru sangat berperan penting dalam menanamkan sikap mental siswa ini melalui proses pembelajaran. Untuk mengimplementasikan kedua aspek tersebut, guru sejarah harus memahami betul keduanya, sehingga ketika penyampaian materi akan terintegrasikan dalam proses pembelajaran. Materi sejarah tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang “murni” namun merupakan terapan yang nantinya bisa direalisakan oleh anak didik kita. Dengan bekal sikap mental itulah diharapkan muncul  gagasan/pemikiran  anak dalam menghadapi kehidupannya.

Implementasi Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam Pembelajaran Sejarah
Ada dua cara dalam mengimplementasikan aspek life skill dan entrepreneurship yakni secara teoritis dan praktis. Secara teoritis dilaksanakan di dalam kelas tentunya dengan pembelajaran sejarah yang bermakna. Artinya guru dalam mengembangkan pembelajaran dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan sehingga dapat meng-eksplore potensi anak didik. Anak dilibatkan dalam membangun pemahaman materi yang diperoleh dari hasil penemuan sendiri, sehingga nilai-nilai life skill dan jiwa entrepreneurship yang sebenarnya merupakan potensi diri akan berkembang.
Contoh:
Standar Kompetensi   : 2. Menganalisis Peradaban Indonesia dan Dunia
Kompetensi Dasar       :  2.1.  Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia
Materi Pembelajaran  :   Kehidupan awal masyarakat Indonesia
Uraian Materi                 Perkembangan biologis manusia Indonesia
Metode Pembelajaran :  Inquiry
Alat/Media                  :  Penggunaan CD Pembelajaran tentang Situs Sangiran dan Manusia Purba
Aspek Skill                     - Siswa menganalisis materi
- Siswa menggali informasi
                                       - Siswa mengolah informasi
                                       - Siswa mengadakan kerjasama
                                       - Siswa mengambil keputusan

Aspek Entrepreneurship  :   - Kreatif dan inovatif
                                             - Mampu melihat peluang
                                             - Mempunyai visi dan misi

Dari kegiatan di atas, siswa diharapkan mampu untuk menganalisis materi tentang kondisi di Situs Sangiran serta benda peninggalannya melalui eksplorasi internet, berdiskusi kelompok dalam mengolah informasi tersebut menjadi sebuah laporan atau makalah. Diharapkan juga munculnya awarness/kesadaran terhadap benda/objek peninggalan sejarah disekitar lingkungannya, mampu berinovasi dan kreatif menciptakan suatu kondisi yang menguntungkan dalam memberdayakan potensi yang dimilikinya di sekitar lingkungannya
-                Kekurangan dari kegiatan ini, adanya siswa yang pasif karena didominasi oleh siswa yang aktif.
-                Kelebihan dari kegiatan ini, siswa lebih responsive ketika melihat tayangan karena dapat melihat deskripsi kondisi di Sangiran, sehingga transformasi materi tidak menjadi abstrak lagi.
Secara praktis implementasi  life skill dan jiwa entrepreneurship dapat dilaksanakan di lapangan. Studi Mapel atau Studi Sejarah merupakan salah satu metode yang digunakan agar siswa bisa terlibat langsung dengan situasi sebenarnya. Namun sebelumnya siswa sudah dibekali dengan informasi dan materi mengenai objek yang akan dikunjungi. Di sini siswa bisa melihat secara langsung potensi objek sejarah yang diberdayakan sebagai objek pariwisata dan penelitian.
Sebagai contoh ketika pembahasan materi pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah,dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya. Siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk membuat laporan hasil penelitian mengenai peristiwa sejarah, peninggalan sejarah atau kisah bersejarah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Maka dengan sendirinya siswa akan berusaha mencari informasi berkaitan dengan tugas latihan penelitian tersebut. Namun sebelumnya guru harus menjelaskan terlebih dahulu kompetensi atau kemampuan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, sehingga siswa juga akan memahami kegiatan yang akan dilaksanakannya. Waktu yang digunakan dalam latihan penelitian tersebut selama dua minggu. Terlepas dari kesempurnaan hasil latihan penelitian tersebut, namun yang paling penting adalah siswa telah memperoleh pelajaran kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship. Siswa telah berusaha menggali informasi (melaksanakan interview) mengolah informasi (menjadi sebuah dokumen/laporan hasil latihan penelitian) dari hasil kreativitas, adanya kerjasama dalam mengolah informasi, mempunyai gagasan mengenai objek yang ditelitinya, dsb. Mereka (siswa) memperoleh kesadaran diri terhadap benda/peninggalan/objek sejarah yang ada di sekitar lingkungannya serta pengalaman hidup baru dengan melaksanakan tugas latihan penelitian tersebut Kemudian muncul juga gagasan mengenai tindak lanjut dari hasil latihan penelitian tersebut, misalnya gagasan mengembangkan daerahnya sebagai daerah objek wisata karena mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, gagasan menuliskan potensi sejarah di sekitar daerahnya, penulisan toponim daerahnya sendiri.
Di sinilah nilai kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship dapat ditanamkan oleh seorang guru yang diintegrasikan bersama pembelajaran sejarah. Siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa mendapat pengalaman observasi, interview, dan dokumentasi. Di sisi lain pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna, menarik dan berkesan karena tidak membosankan.
Daerah/objek  di sekitar penulis yang dapat dijadikan studi lapangan misalnya:
1.      Situs Plawangan
Materi Pembelajaran Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara

2.      Petilasan Sunan Bonang dan Pangeran Sedo Laut
Materi Pembelajaran  Pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan  Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

3.      Museum Kartini, Pendopo Kabupaten,  dan Makam Kartini
4.      Kota Pelabuhan Kuno di Lasem (Sungai Bagan) dan Kampung Pecinan
Materi Pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah, dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya.

            Alat ukur keberhasilan:

1.      Pengamatan (ranah afektif)
2.      Portofolio, berdasarkan hasil kerja anak
3.      Isian Singkat

Kesimpulan

1)      Guru sejarah harus mampu mengubah paradigma pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran bermakna, menarik, dan tidak membosankan.
2)      Kompetensi guru harus ditingkatkan  dalam aspek metode pembelajaran, eksplorasi materi  melalui referensi-referensi kesejarahan.
3)      Pemahaman aspek skill dan entrepreneurship dapat memudahkan guru untuk membumikannya dalam pembelajaran sejarah.
4)      Pengembangan aspek skill dan entrepreneurship lebih diorientasikan pada penanaman sikap mental yang harus dimiliki siswa, sebagai bekal untuk hidup dan kehidupannya.

Semoga  bermanfaat

Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome S. 2007, Pendidikan Berbasi Mutu, Jogyakarta; Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian

Nasution, S. 2003, Pengembangan Kurikulum, Bandung; Citra Aditya Bakti

http://chaklet.onlog.com/  article – entrepreneurship

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/ Pengembangan Soft Skill dalam Pembelajaran

Suryadi, Ace. 2002, Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan. Jakarta; Balai Pustaka.

Wasino.2009, Peran dan Fungsi Guru Sejarah dalam Pemahaman Nilai-nilai Kesejarahan (Makalah dalam Kegiatan Pemberdayaan dan Fasilitasi Organisasi Lembaga Organisasi Kesejarahan Lokal), Ungaran 24 Maret 2009.




















Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mata Perlajaran           :  Sejarah
Kelas/Semester            :  X/2
Alokasi Waktu            :  2 x 45 menit (2 Pertemuan)
Standar Kompetensi   :  2.  Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia
 Kompetensi Dasar       :  2.1. Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.
Indikator                     :
1.      Merekonstruksi penemuan manusia purba Indonesia melalui studi pustaka, CD Pembelajaran, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan presentasi.
2.      Mendeskripsikan Situs Sangiran sebagai The World Heritage
3.      Mengidentifikasi wilayah temuan manusia purba di Indonesia


 


I. Tujuan Pembelajaran :
            Siswa dapat menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia

II. Materi Ajar                       :
·     Manusia Purba dan Situs Sangiran
·     Peta penemuan manusia purba dan hasil budayanya di Indonesia.


III. Metode Pembelajaran: 
            Langkah-langkah Pembelajaran :
                                  i.      Kegiatan Awal:
    Guru menginformasikan materi yang akan digali selama proses pembelajaran dengan tujuan mengarahkan dan memotivasi siswa pada materi pelajaran.
                                ii.      Kegiatan Inti:
1.      Guru menayangkan CD Pembelajaran Manusia Purba dan Situs Sangiran..
2.      Siswa berdiskusi kelompok setelah melihat tayangan CD Pembelajaran.
3.      Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sementara kelompok audiens mengkritisi dengan menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
                              iii.      Kegiatan Akhir :
                      Membuat kesimpulan bersama






IV. Alat/Bahan / Sumber Belajar :
  1. Buku Paket.
      Encarta
  1. Bahan:
       LKS/Gambar-Gambar
  1.  Alat::
      LCD, Komputer, dan VCD


V.   Penilaian


                                                                                                                              Rembang,


 Kepala Sekolah                                                  Guru Mata Pelajaran




  ................................                                         .............................
  NIP.                                                                 NIP.       

           


[1] Makalah dalam Lokakarya Nasional Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasis Skill dan    Entrepreneurship untuk Peningkatan Kompetensi Lulusan diselenggarakan oleh  Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya dan Program Studi Magister Ilmu Sejarah Program Pascasarjana UNDIP Semarang tanggal 03 Juni 2009.
[2]  Guru Sejarah SMAN 1 Sumber – Kabupaten Rembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar